Tuesday 21 October 2014

METODE ILMIAH



METODE ILMIAH
Pendahuluan
Metode ilmiah merupakan bagian yang paling penting dalam mempelajari ilmu ilmiah. Langkah-langkah dalam menerapkan metode ini tidak harus selalu berurutan. Langkah demi langkah seperti contoh yang tercantum berikut ini, yang penting ialah pemecahan masalah untuk mendapatkan kesimpulan umum (generalisasi) yang didasarkan atas data dan uji dengan data bukan oleh keinginan, prasangka, kepercayaan atau pertimbangan lain.

A.    Langkah – langkah penerapan metode ilmiah
1.      Menentukan dan memberikan batasan kepada masalah.
Masalah yang dihadapi atau ditemukan ketika mengadakan kontak dengan fakta dan gejala alam harus diketahui dengan pasti, yakni fakta-fakta yang terorganisasi yang relevan untuk memecahkan masalah itu.

2.      Menentukan hipotesis atau rumusan pemecahan masalah yang bersifat sementara.
Ada dua pendekatan untuk memperoleh hipotesis atau dugaan yang mungkin benar yaitu :
a.       Pendekatan pertama, yang disebut pendekatan induksi, diawali dengan pengumpulan data yang didapat dari observasi dan kemudian menggunakan data itu sebagai dasar perumusan hipotesis.
b.      Pendekatan kedua yang disebut pendekatan deduktif, merupakan cara yang lebih sederhana, khususnya jika kita sangkutkan dengan situasi yang sudah dikenal.
3.      Menguji dan mengadakan verifikasi kesimpulan salah satu unsur keberhasilan ilmu alamiah dalam memecahkan masalah, ialah bahwa ilmu alamiah tidak menerima kesimpulannya sendiri, tidak memandang bagaimana dapat dipercaya atau luasnya data di mana kesimpulan itu didasarkan, juga bagaimana baiknya kesimpulan itu cocok dengan gagasan sebelumnya.

Di dalam ilmu alamiah suatu kesimpulan bersifat sementara, kesimpulan adalah suatu yang harus diuji. Penguji seperti itu memerlukan data tambahan.
Data yang diperoleh guna pengujian terhadap generalisasi tersebut yaitu catatan observasi secara teliti, yang dapat diperoleh dengan observasi bebas yaitu observasi yang dilakukan dalam kondisi yang tidak terkendali dan observasi eksperimen (Kondisi yang terkendali).
Data yang diperoleh dianggap sah bila kedua observasi itu dapat diulangi oleh pengamat yang lain. Kecermatan dan kejujuran merupakan persyaratan bagi pencari kebenaran.
Data yang diperoleh dari observasi tersebut dikumpulkan, dipilih, disusun, dan dikelompokkan, dengan hasil bahwa keteraturan tertentu atau generalisasi menjadi jelas.
Tidak ada pendapat manusia yang sempurna, karena itu tidak ada generalisasi yang dianggap sempurna, walaupun generalisasi keilmuan dapat diselidiki secara kritis oleh banyak peneliti, dan dalam kondisi tertentu mungkin generalisasi itu tidak benar. Generalisasi yang tahan terhadap ujian waktu dan pengalaman, serta diiterima sebagai hal yang benar, disebut hukum. Kebanyakan hukum telah kita revisi bila ada informasi yang diperhatikan bahwa hukum-hukum itu tidak cepat atau kurang mencukupi.
Hukum sipil dapat diubah atau dihapuskan dan hukum sipil mencakup suatu perintah atas kewajiban, sedangkan hukum keilmuan merupakan suatu pernyataan, uraian dan bukan suatu perintah.
Ditinjau dari sejarah cara berfikir manusia, pada dasarnya terdapat dua cara pokok untuk memperoleh pengetahuan yang benar, yaitu :

1). Cara yang didasarkan pada rasio (rasionalisme).
Desvartes adalah pelopor dan tokoh rasionalisme, menurut beliau bahwa rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala pengertian. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang kepada kebenaran dan dapat memberi pimpinan dalam segala jalan pikiran.
Dalam menyusun pengetahuan, kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif. Dasar pikiran yang digunakan dalam penalarannya diperoleh dari ide yang menurut anggapannya sudah jelas, dan pasti dalam pikiran manusia.
Menurut mereka, pengalaman tidak menghasilkan prinsip, tetapi sebaliknya dengan mengetahui prinsip yang diperoleh lewat penalaran rasional, maka manusia dapat mengerti kejadian-kejadian yang terjadi / berlaku dalam sekitarnya.
Masalah utama yang terdapat dalam rasionalisme adalah evaluasi terhadap kebenaran, dasar-dasar pemikiran atau alasan-alasan yang digunakan dalam penalaran deduktif yang bersumber kepada penalaran rasional yang bersifat abstrak.

2). Cara yang didasarkan pada pengalaman (empirisme)
Kaum empiris bahwa pengetahuan manusia tidak diperoleh lewat penalaran rasional yang abstrak tetapi lewat pengalaman yang kongkrit. Menurut anggapan mereka, bahwa gejala-gejala alam yang bersifat kongkrit dan dapat dinyatakan lewat tangkapan panca indera.
Kaum empiris berpegang pada prinsip keserupaan. Pada dasarnya alam adalah teratur. Gejala-gejala berlangsung dengan pola-pola tertentu.
Kaum empiris juga menggunakan prinsip-prinsip keserupaan gejala-gejala yang berdasarkan pengalaman adalah identik atau sama, yang bersifat umum.
Dalam menyusun pengetahuan secara empiris timbul berbagai masalah, di antaranya bahwa pengetahuan yang dikumpulkan tersebut cenderung merupakan kumpulan fakta yang satu sama lainnya belum tentu menunjukkan pengetahuan yang sistematis.

0 comments:

Post a Comment